Sopir Angkot: Terdesak Angkutan Online, Tercekik Pandemi
KARAWANG - Fenomena berkurangnya jumlah angkot di Karawang terjadi seiring kalah bersaingnya kendaraan umum konvensional dengan aplikasi angkutan online yang kian hari makin menjamur. Hal itu berkaitan erat dengan makin berkurangnya penumpang dan penghasilan harian para sopir. Masubur, sopir angkot trayek Cikalong-Cilamaya mengatakan, belum lagi pandemic covid-19 dalam dua tahun terakhir juga makin menggencit kondisi para sopir kendaraan umum konvensional seperti dia. "Kalau lagi normalnya 120 ribu, sekarang paling jago juga dapet 70 ribu, itu juga udah maksain. Dari 70 ribu itu kami kebagian 20 atau 30ribu. Kalau dapet 50 ribu perharinya, cukup buat setoran aja," kata Masubur. Ia mengatakan, saat PTM dilakukan pemasukannya sudah terbilang cukup buat perharinya, namun ketika sekolah kembali melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) penghasilannya kembali menurun. "Memang kemarin-kemarin masuk sekolah (naik penghasilannya, red), sekarang diliburin lagi jadi kurang pemasukan," keluhnya. Masubur membeberkan berapa jumlah setoran yang harus para sopir setorka nke pemilik mobil tergantung jenis angkot yang digunakan. "Kalo angkot yang kecil kaya gini (sambil menunjuk mobil angkot jenis carry) setoran 50 ribu per hari. Kalo yang gede kayak gitu (sambil menunjuk angkot jenis elf, red) 100 ribu," beber Masubur. Dengan hasil yang diperoleh, ia mengatakan hanya cukup buat sehari-hari saja tanpa ada uang yang dapat ia sisihkan atau ditabung. "Cukupnya cuman buat sehari-hari aja," kata Masubur. Ia pun mengeluhkan jalur trayeknya yang ia lewati dalam kondisi tidak layak untuk dilalui. "Apalagi, kalau saya berangkat ke Cilamaya itu jalannya ancur," kata Masubur. Masubur berharap keadaan supir angkot bisa layak diperhatikan dari pemerintah, supaya dapat sejahtera pemasukannya. "Lebih bisa diperhatiin sama orang yang di atas (berhak, red)." harapnya. (cr2/mhs).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: